Memprioritaskan Amalan Hati Bagian 4 – Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

  1. Mengapa amalan hati harus di priyoritaskan?
  2. Mengapa perbaikan hati harus di dahulukan sebelum perbaikan lahir ?
  3. Mengapa perbaikan batin lebih penting dari perbaikan lahir ?

Alasan mengapa kita harus memprioritaskan amalan hati dibandingkan amalan lahir (Pada Video Sebelumnya)

  1. Karena amalan hati merupakan kunci keselamanatan
  2. Dengan alaman hati kita lebih dekat kepada Allah dunia dan akhirat
  3. Amalan hati merupakan motor menggunakan yang menggerakan amalan lahir
  4. Rusaknya amalan hati bisa menhancurkan amalan lahir

5. Karena amalan hati lebih berat dan lebih besar pahalanya dibandingkan amalan lahir

Lebih ringan menunaikan solat dari pada mengikhlaskan niat dalam solat. Sehingga ketika sudah selesai mengerjakan solat 5 waktu jangan kira PR kita sudah selesai. Karena orang yang beriman adalah orang yang selalu senantiasa menigkatkan kualitas keimanannya tidak merasa puas dengan pencapaiannya hari ini.

Sahabat nabi yang bernama Abu Darda radhiyallahu anhu berkata “bertafakur 1 jam lebih baik dari tahajud semalam”

Tetapi Abu Darda bukanlah orang yang malas dalam solat malam dalam salah satu hadist disebutkan bahwa Abu Darda’, seorang penduduk asli yang sangat rajin beribadah. Bahkan dalam riwayat Imam al-Bukhari (Hadist no. 1867 dari riwayat Juhaifah RA) disebutkan bahwa ibadah Abu Darda’ masuk pada kategori ekstrem

Abu Darda’ adalah salah satu sahabat Nabi yang selalu berpuasa setiap hari, salat sepanjang malam, sampai keluarganya tidak pernah diperhatikan. Melihat perilaku istri Abu Darda’, Salman berkesimpulan Abu Darda’ tidak peduli dengan keluarganya sendiri dan lebih memilih untuk selalu beribadah.

6. Karena amalan hati akan memaksimalkan pahala amalan lahir

Salah satu faktor kenapa setiap orang mendapat pahala yang berbeda padahal amalannya sama adalah karena amalan hati yang berbeda pada setiap orang

Bisa jadi ada 2 orang solat dimasjid yang sama, pundaknya saling nempel tapi pahala yang didapatkan antara satu dengan lainnya perbedaannya seperti langit dan bumi, padahal solat dalam masjid yang sama dan shaf yang sama, gerakannya sama, jumlah rakaatnya sama. Bukan cuma dalam solat tetapi dalam ibadah lainnya mungkin mereka tinggal 1 rumah puasa bersama, saur bersama, buka puasa bersama tetapi pahala yang didapatkan antara satu dengan lainnya perbedaannya antara langit dan bumi. Jadi apa yang membedakan. Jawabannya adalah niat dimana letak niat DI HATI.

Orang sedekahpun demikian sedekah itu lahiriyahnya masukan tangan ke saku lalu mengeluarkan uang kemudian masukan ke kotak amal. Seperti itulah perkiraanya. Tapi apakah orang yang memasukan tangannya ke saku kemudian dia mengelurkan uang dan memasukan ke kotak amal apakah semua orang seperti itu motivasinya sama? Tentu tidak

S i A bersedakah karena ingin pamer ingin dilihat sama orang, ingin masuk media

Si B sedekah karena terpaksa karena tidak enak temannya pada sedekah masa si B tidak ikut sedekah

Si C sedekah dengan kelapangan hati tapi dia merasa sudah berjasa kepada Allah

Si D sedekah tapi dia merasa bahwa sedekah ini masih terlampau sedikit dibandingkan dibandingkan riski yang Allah berikan kepada si D, dan si D pun meyakini bahwasannya bisa tergerak bersedekah ini semata mata karena di gerakkan hatinya karena Allah maka semuanyapun kembalinya kepada Allah bukan karena kehebatan saya.

si A, B, C, D potret lahiriahnya sama tapi apakah pahala yang didapatkan sama? Jawabannya Tidak, apa yang membedakan? Jawabannya HATI

Ibnul Mubarak berkata,

رب عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية

“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena sebab niat. Dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena sebab niat.” (Al-Jami’ Ulum wal Hikam)

Begitu juga dengan hadist berikut

Hadits yang saudara maksudkan adalah hadits dengan lafazh sebagai berikut :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang wanita pezina telah mendapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dipinggir sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan, (melihat ini) si wanita pelacur itu melepas sepatunya lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya itu dia mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Jalla.

Hadits itu riwayat oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih beliau rahimahullah, hadits ini shahih. Dalam riwayat lain yang disepakati keshahihannya oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim diriwayatkan bahwa yang melakukan itu adalah seorang lelaki.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

Ketika seorang lelaki berjalan dalam sebuah perjalanan dia merasa sangat kehausan lalu dia mendapati sebuah sumur. Dia turun ke sumur itu lalu minum dan setelah itu keluar. Saat itu, tiba-tiba dia melihat seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilat debu karena sangat haus. Si lelaki itu berkata, “Anjing ini sangat kehausan sebagaimana yang telah aku rasakan.” Lalu dia turun lagi ke sumur, dia memenuhi salah satu sepatunya dengan air lalu dia menggigitnya dengan mulutnya (sehingga bisa naik-red) dan memberikan minum kepada anjing tersebut. Kemudian Allâh Azza wa Jalla berterima kasih kepadanya (maksudnya Allâh menerima amal perbuatan orang ini-red) dan Allâh Azza wa Jalla mengampuni dosanya. Para shahabat Radhiyallahu anhum bertanya, “Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , apakah kita akan mendapatkan pahala dalam (pemeliharaan) binatang ternak ?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, pada (pemeliharaan terhadap) setiap yang bernyawa ada pahala.”

Hadits-hadits ini adalah hadits-hadits shahih.

Subscribe

Related articles

Tips Kolaborasi Efektif antara UI/UX Desainer dan Pengembang

Kerja sama yang solid antara UI/UX desainer dan pengembang...

Aturan Penting yang Harus Dipatuhi oleh Seorang UI/UX Designer

Desain Antarmuka Pengguna (UI) dan Pengalaman Pengguna (UX) adalah...

Membangun Profil LinkedIn yang Mengesankan untuk UI/UX Designer

Dalam era digital yang semakin maju, LinkedIn telah menjadi...

Meningkatkan Karir Anda dengan Sertifikasi Google UX

Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, pengalaman pengguna...

Perjalanan Seorang Intern UI/UX Desainer di Udacoding

Sebagai seorang mahasiswa yang bersemangat dan bercita-cita tinggi di...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here