
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT, karna kita masih diberikan nikmat kesempatan untuk menambah wawasan kita di Udacoding ini. Tak lupa sholawat serta salam kita lisankan dan tanamkan dalam diri kita untuk Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini, izinkan penulis untuk mereview sedikit kajian islam yang disampaikan oleh Ustadz Aris Munandar melalui Yuvid.tv. Judulnya Berbaik Sangka Kepada Orang lain – Bagian 6.
Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan “Dianjurkan bagi seorang untuk bersangka yang baik dengan sesama muslim. Dan jika terdapat satu kalimat dari seseorang, yang kalimat tersebut multitafsir, bisa dimaknai (mengandung muatan makna) kebaikan atau makna kejahatan, maka maknailah dengan makna yang baik, selama anda bisa menafsirinya dan memaknainya dengan makna yang baik. Demikian juga jika terdapat satu perbuatan dari seseorang yang mungkin bisa dimaknai dengan makna yang baik dan makna yang jelek, maka maknailah perbuatannya dengan makna yang baik, selama anda dapatkan peluang untuk memaknainya dengan makna yang baik. Karena baik sangka terhadap ucapan dan perbuatan orang lain, itu akan menghilangkan isi hati berupa permusuhan yang terpendam, permusuhan, dan kebencian. Dan, baik sangka itu menyamankan dirimu, menyamankan hatimu”.
Maka jika Allah SWT tidak membebani anda untuk membahas dan membongkar-bongkar, maka pujilah Allah SWT atas keadaan anda yang bebas dari keburukan, dan berbaik sangkalah dengan saudaramu sesama muslim, dan memohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Adapun apa yang disebutkan dari Nabi SAW, “Jagalah diri dari orang lain dengan berburuk sangka”, maka ini adalah hadits yang dusta, tidak shahih dari Nabi SAW. Bahkan diriwayatkan oleh Abu Daud dari ‘Ibnu Mas’ud, Nabi SAW bersabda “Jangan ada siapapun yang menyampaikan laporan-laporan kepadaku tentang orang lain, karena aku ingin keluar menemui kalian dalam keadaan dadaku bersih dari ganjalan-ganjalan.”. Inilah sikap yang layak dimiliki oleh seorang muslim.
Adapun orang yang terjerumus dalam fitnah (jalan keburukan) sehingga jadilah dia orang yang mencari-cari aurat (hal memalukan/aib) dan kelemahan orang lain, kemudian jika dia melihat sesuatu yang mungkin dimaknai dengan makna yang jelek, namun itu sebenarnya jauh, maka diapun gembira, kemudian menyebarluaskannya, maka hendaklah orang-orang tersebut menyadari, barangsiapa yang mencari-cari kelemahan saudaranya sesama muslim, maka Allah SWT akan mencari-cari kelemahannya dan kekurangannya. Dan barangsiapa yang Allah cari-cari kelemahannya dan kekurangannya, maka Allah akan permalukan dia, meskipun dia ada di kamar yang ada didalam rumahnya.
Selain itu, kita dianjurkan untuk tidak melakukan hal-hal yang membuat orang bisa berburuk sangka kepada kita. Jangan salahkan orang lain, jika kita sengaja berbuat hal-hal yang kita sadari terlihat mencurigakan, lalu orang berburuk sangka kepada kita.
Salah satu contoh tindakan untuk menghindari berburuk sangka, dicontohkan oleh Salman Al Farisi ra, beliau mengatakan “sungguh aku hitung jumlah daging, yang dipegang dan dikelola pembantuku, karena aku khawatir (aku akan) berburuk sangka kepadanya.”
Selain itu, beliau juga menghitung barang-barang yang ada di rumah di depan pembantunya, sehingga sang pembantu bahwa segala sesuatu itu dihitung oleh tuan rumah, sehingga jiwa pembantu tidak tergoda untuk mencopetnya. Manfaat yang kedua, agar sang pemilik rumah menghilangkan sikap berburuk sangka dari dirinya dengan pembantunya, seandainya ada sesuatu yang hilang.
Mungkin sekian dulu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.