Bismillahirrahmanirrahim..
Setiap orang yang meniti jalan kebaikan pastilah ada pihak-pihak yang tidak suka atau tidak berkenan dan ia akan terus menggoda kita untuk meninggalkan jalan kebaikan tersebut ataupun menyimpang jalan kebaikan tersebut. Sosok tersebut adalah setan kenapa demikian? Karena ia ingin kita(manusia) untuk menemani ia di neraka. Maka tidak ada jalan lain kecuali menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan di muka bumi.
Salah satu contohnya adalah menghalangi kita untuk ngaji atau belajar agama, sehingga dengan sekuat tenaga para setan memberikan kita rasa yang menimbulkan kita untuk meninggalkan yang namanya belajar.
Diantarnya ialah yang disebutkan oleh sebagian para ulama ketika menyampaikan wejangan mereka “Tidak akan pernah mendapat ilmu orang yang pemalu dan sombong“. Pada dasarnya sifat malu merupakan sifat yang terpuji Kanjeng Nabi pernah bersabda “Malu merupakan bagian dari iman“.
Namun malu yang dimaksudkan oleh para ulama adalah malu yang menyebabkan mereka untuk tidak mau belajar itulah malu yang tercela.
Para ulama kita telah mencontohkan bagaimana cara mengikis perasaan gengsi untuk belajar, salah satu contohnya yang telah diterapkan oleh cicit Kanjeng Nabi Muhammad yaitu Zaenal Abidin alias Ali bin Husein bin a\Ali bin Abi Thalib dimana ia meski seorang keturunan ningrat atau berdarah biru akan tetapi ia tidak malu untuk mengikuti pengajian di masjid nabawi dalam sebuah majelisnya seorang yang bernama Zaid bin Asslam ia adalah seorang hamba sahaya, namun ia tidak malu untuk mengikuti majelisnya Zaid bin Asslam yang merupakan seorang hamba sahaya(budak).
Seorang Zaenal Abidin tak sungkan belajar agama dari seorang ulama yang berprofesi sebagi hamba sahaya(Zaid bin Asslam) karena Zaenal Abidin merasa ilmu dari seorang Zaid bin Asslam mempuni.
Nasihat dari seorang Zaenal Abidin yang perlu kita ingat dan dijadikan pedoman bagi hidup kita adalah “Orang itu seharusnya duduk hanya dengan orang yang memberikan manfaat untuk agamanya.”