
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT, karna kita masih diberikan nikmat kesempatan untuk menambah wawasan kita di Udacoding ini. Tak lupa sholawat serta salam kita lisankan dan tanamkan dalam diri kita untuk Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini, izinkan penulis untuk mereview sedikit kajian islam yang disampaikan oleh Ustadz Aris Munandar melalui Yuvid.tv. Judulnya Berbaik Sangka Kepada Orang lain – Bagian 2.
Mayoritas manusia, ketika menafsirkan perkara yang dia tidak tahu hakekatnya berpaling dari berbaik sangka, dan mereka tercegah dari bersikap sabar terhadapnya, seringkali yang dikedepankan malah buruk sangka. Sebagaimana Allah firmankan:
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
“Dan Kami jadikan sebagian mereka dari sebagian yang lain, sebagai cobaan. Apakah mereka bisa bersabar? Dan Rabb mu adalah Dzat Yang Maha Melihat.”
- Melakukan tabayyun terhadap berita yang kita dengar
Berita yang mengganggu itu adalah suatu yang sangat hebat masuk ke dalam hati. Karena mayoritas orang tidaklah punya wara’ (sikap hati-hati) untuk menerima berita, yang berita tersebut sampai kepada mereka dari orang lain. Umumnya orang, sukanya menelan mentah-mentah berita tentang orang lain. Dengan tergesa-gesa, merekapun bercepat-cepat untuk berkomentar. Komentar terhadap orang yang menjadi bahan berita tersebut. Begitulah pada umumnya orang. Dan umumnya orang itu, bisa jadi kita, tidak perlu memandang orang lain.
Sangat sedikit manusia yang mau mengamalkan ayat tabayyun jika datang padanya berbagai macam berita. Lebih-lebih lagi, jika berita tersebut berasal dari orang yang antara dia dengan objek berita ada permusuhan dan perselisihan. Umumnya orang meminta tabayyun, untuk dirinya dan teman-temannya. Ketika berita tentang orang lain, lupa untuk mengamalkan tabayyun. Ini dikarenakan jiwa yang pelit dengan hal yang menguntungkannya. Maka semangatnya untuk membela diri, tidaklah membiarkan dia untuk bersikap tenang, dan takut kepada Allah, dan bertakwa kepada Allah, berkenaan dengan musuhnya/lawannya. Padahal Allah anjurkan kita untuk selalu tabayyun jika mendengar berita yang tidak jelas kebenarannya. Sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang yang jelek kelakuannya membawa berita, maka tabayyun (carilah kejelasannya/lakukanlah klarifikasi berita). Jangan sampai kalian menimpakan bencana/musibah pada sekelompok orang / suatu pihak, karena kebodohan, dan jadilah kalian menyesali apa yang dulunya kalian lakukan.”
Bisa jadi kepercayaan kepada pembawa berita tidaklah lebih utama daripada rasa percaya kepada orang yang diberitakan. Maka bisa jadi seseorang itu biasanya jujur, akan tetapi kali ini dia lupa, atau terlewat batas, atau salah paham, atau dia terlewat batas karena memang sengaja (semacam persaingan antara orang-orang yang selevel) misalnya. Maka ayat ini menunjukkan tentang untuk menerima berita, pentingnya kita untuk memastikan bahwa si pembawa berita adalah orang yang terpercaya, yaitu orang yang baik dalam agamanya, dan hafal betul dengan apa yang akan disampaikannya.
Mungkin sekian dulu yang bisa saya sampaikan pagi ini. Saya harap bisa kita terapkan pada kehidupan kita sehari-hari. Terimakasih atas waktunya, mohon maaf jika ada kesalahan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.